Tuesday, May 25, 2010

Dollar Menguat. 1 Dollar = Rp. 9.382,-

Krisis keuangan Yunani berdampak pada pelemahan Euro. Otomatis negara-negara Uni Eropa pemakai mata uang Euro terkena imbasnya. Akibatnya para pelaku bisnis enggan menyimpan uangnya dalam bentuk Euro karena takut mata uang tersebut mengalami pelemahan terus menerus. Saat ini saja di Indonesia Euro melemah cukup tajam, hari ini Euro diperdagangkan pada kisaran 11.500 Rupiah. Boleh jadi akan merosot terus sampai dibawah 11.000. Selama krisis Eropa bertambah parah.
Akibatnya Dollar mendapat "tempat yang bagus" sebagai sarana lindung nilai. Banyak aksi borong dollar yang menyebabkan nilai tukar dollar naik di berbagai negara. Sampai berapa lama Dollar akan terus menguat? Selama krisis ekonomi Yunani belum ada tanda-tanda membaik, maka Dollar akan cenderung menguat. Kalau dampak krisis Yunani merembet ke negara-negara uni eropa, maka kemungkinan pelemahan mata uang Euro akan makin besar pula.
Belum selesai krisis keuangan Amerika, kini disusul krisis ekonomi Yunani. Negara mana lagi yang akan mengalami krisis selanjutnya? Pasti akan ada...dan pasti akan ada pula pengaruhnya terhadap negara lain. Ini semacam efek domino. Karena sistem keuangan dunia yang sama, mata uang kertas bernilai nominal, bukan mata uang Dinar/emas yang bernilai intrinsik/sesungguhnya. Sehingga ketika mata uang satu lemah terjadi borong mata uang yang lebih kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila Euro menguat, terjadi aksi beli Euro dan aksi jual Dollar. Akibatnya Dollar melemah. Gonjang-ganjing semacam ini dirasa tidak adil bagi Indonesia sebagai pemegang "soft currency". Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam dunia valas, mata uang dibagi dalam dua kelompok yaitu
  1. Hard Currency
  2. Soft Currency
Secara mudah Hard Currency adalah mata uang yang nilainya cenderung stabil dan rendah inflasi. Sedangkan Soft Currency cenderung sangat fluktuatif dan tinggi inflasinya. Contoh Hard currency adalah US Dollar, British Poundsterling, Dollar Canada, Euro, Australian Dollar, Yen dan Swiss Franc. Apabila terjadi krisis moneter yang berakibat melemahnya salah satu dari hard currency diatas maka pada umumnya para pelaku pasar akan mengalihkan dana mereka ke salah satu dari Hard Currency yang lain.
Dalam bisnis export import, hampir seluruh pelaku bisnis memakai mata uang US Dollar dan Euro. Sehingga apabila terjadi pelemahan kedua currency tsb maka akan merugikan exporter. Sebagai contoh ketika Rupiah menguat sampai 8.800,- per Dollar, maka exporter sudah mulai was was. Karena otomatis profit margin mereka akan ikut turun. Misal harga 1 buah Kursi sebesar 100 USD. Berarti dia hanya menerima 100 USD X 8.800 = Rp.880.000,-. Bandingkan kalau Dollar menguat menjadi 9400. Tentu menjadi 100 USD X 9400 = Rp.940.000,-. Beda 60.000. Kalau penjualan 1000 pcs kursi, tinggal kalikan saja selisihnya. Celakanya kalau Dollar dibawah level 8000, bisa jadi byk perusahaan "collapse". Karena sulitnya menaikkan harga jual kpd customer mereka, belum lagi persaingan dg Negara produsen lainnya spt China, Vietnam dan Malaysia. Dilain pihak kalau Dollar teramat jatuh hingga level Rp.10.000, maka importer gantian panik, karena otomatis harga produk import jadi naik. Penjualan pasti sepi. Itulah susahnya memakai "fiat money" atau mata uang keluaran Bank Central. Membingungkan perekonomian negara terutama negara berkembang. Jika export maju dan negara memiliki devisa dalam jumlah besar maka biasanya Rupiah menguat dan Dollar melemah. Tetapi bila export sepi, dan devisa menipis, maka Dollar menguat dan Rupiah melemah. Akibatnya serba salah. Intervensi BI saya pikir cuma menguntungkan Negara Maju. Untuk bisa lepas dari "satanic cycle ini" ya harus keluar dari "sistem keuangan global" yang sudah terintegritas ini. Pakai mata uang yang bernilai intrinsik/real yaitu Emas dan Perak. Dinar dan Dirham. Kalau semua negara memakai standar yang sama yaitu Dinar dan Dirham, mungkinkah terjadi perbedaan nilai yang berakibat aksi jual dan beli mata uang??? Mungkinkah timbul bisnis forex trading? Jelas tidak mungkin. Sehingga stabilitas perekonomian dunia lebih terjaga.
Exporter dan Importer sama-sama diuntungkan, tidak perlu pusing dengan fluktuasi mata uang. Sehingga fluktuasi harga produk baik barang export atau import murni karena mekanisme pasar yang alamiah yaitu supply dan demand. Kami yakin sistem ini akan berlaku di masa depan.

Nb: Penting! Ramalan saya ttg perkiraan harga emas spt tercantum diposting sebelumnya telah terbukti. Klik Tabel Harga Emas ini. Apakah anda rela bekerja keras dan dibayar dg kertas utk simpanan hari tua?
Bila situs tabel harga emas tidak bisa diakses. Ketik www.ayo-investasi.com kmd di refresh. Tingginya jumlah pengunjung mungkin menyebabkan server sibuk.

Facebookers

TopOfBlogs